Skripsi
Pelaksanaan Pembinaan Gelandangan Dan Pengemis Pada Panti Sosial Bina Karya Harapan Jaya Provinsi Daerah Khusus Ibukorta (DKI) Jakarta
Penyandang masalah kesejahteraan sosial khususnya gelandangan dan pengemis merupakan masalah sosial Ibukota yang memerlukan penanganan yang serius dari pemerintah daerah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pembinaan gelandangan dan pengemis pada Panti Sosial Bina Karya Harapan Jaya Provinsi DKI Jakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah penelitian lapangan (field research), dengan cara melakukan pengamatan atau wawancara dengan gelandangan dan pengemis, kepala panti, petugas panti yang ada di Panti Sosial Bina Karya Harapan Jaya Provinsi DKI Jakarta. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif yaitu dengan memilih data yang diperoleh, menyajikan data berupa teks naratif, kemudian disimpulkan. Pembinaan merupakan salah satu yang diharapkan adanya perubahan-perubahan baik perubahan mental, fisik, sikap dan keterampilan. Perubahan mental yaitu menumbuhkan kesadaran beragama terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan memulihkan sikap yang tidak sesuai dengan norma-norma. Perubahan fisik (jasmani) memberikan keterampilan jasmani dan menimbulkan rasa percaya diri atas kemampuannya serta memperoleh prestasi keolahragaan guna memperluas pergaulan. Perubahan sikap menumbuhkan perilaku dan moral yang sesuai dengan norma-norma atau x adab dalam berkehidupan bermasyarakat. Perubahan keterampilan mempunyai keahlian seperti pertanian, perikanan, home industri (membuat sandal, ondel-ondel dan lain-lain). Metode pembinaan yang digunakan yaitu metode bimbingan sosial perorangan digunakan pada pembinaan mental dan sikap. Metode pembinaan kelompok digunakan pada pembinaan jasmani dan keterampilan. Faktor pendorong struktur organisasi yang tertata dengan rapi dengan orangorang yang berkompeten, sebagian besar warga binaan sosial antusias dalam mengikuti pembinaan, sarana dan prasarana yang memadai. Faktor penghambat tidak memiliki tenaga pekerja sosial, jenis keterampilan yang masih kurang serta ada sebagian warga binaan sosial yang merasa kurang berminat mengikuti program pembinaan. Upaya untuk mengatasi hambatan yaitu meningkatkan kualitas maupun kuantitas pembina dengan cara mengajukan penambahan tenaga pekerja sosial. Pekerja sosial dan pelatih harus memahami karakteristik warga binaan serta panti harus mau dan mampu menambah jenis keterampilan yang sesuai tuntutan perkembangan pasar.
Tidak tersedia versi lain