Tesis
Pengembangan Kompetensi Sosial Kultural Sumber Daya Aparatur Pada Unit Pelaksana Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kecamatan Kembangan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kompetensi sosial kultural sumber daya aparatur pada Unit Pelaksana Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kecamatan Kembangan. Pembentukan Pelayanan Terpadu Satu Pintu adalah untuk melaksanakan pelayanan perijinan dan non perijinan yang lebih efektif dan efisien. Setiap Sumber Daya Apartur dituntut untuk memiliki tiga kompetensi yaitu kompetensi teknis, kompetensi manajerial dan kompetensi sosial kultural. Kompetensi sosial kultural merupakan soft competence karena berasal dari diri aparatur itu sendiri. Sebagai pelaksana pelayanan yang secara langsung berhadapan dengan masyarakat maka kompetensi sosial kultural sangat dibutuhkan oleh setiap petugas pelaksana pelayanan. Pengembangan kompetensi yang dilaksanakan pada saat ini lebih banyak pengembangan kompetensi teknis dan kompetensi manajerial. Sehingga dalam penelitian ini penulis mencoba untuk mengembangkan model pengembangan kompetensi sosial kultural sumber daya aparatur pada Unit Pelaksanan PTSP Kecamatan Kembangan. Dalam penelitian ini dibentuk sebuah Model Pengembangan Kompetensi Sosial Kultural yang dapat dilaksanakan secara internal (dilaksanakan oleh UP PTSP Kecamatan Kembangan dan dilaksanakan secara eksternal (dilaksanakan oleh BPSDM Provinsi DKI Jakarta). Adapun model pengembangan secara internal yaitu dalam bentuk pendekatan personal, coaching, briefing, gathering, benchmarking, personel development(pengembangan diri sendiri), sedangkan pengembangan secara eksternal dilaksankaan dalam bentuk orientasi pelayanan, diklat pelayanan terhadap penyandang disabilitas, pendidikan komunikasi, pertukaran ASN dengan pegawai swasta, uji kompetensi dan feedback uji kompetensi. Sehingga dengan model pengembangan tersebut diharapkan akan didapatkan profil kompetensi sumber daya aparatur yang mampu mengelola keragaman lingkungan budaya, mampu membangun network sosial, memiliki kemampuan manajemen konflik, memiliki empati sosial yang tinggi, memiliki kepekaan gender serta memiliki kepekaan terhadap disabilitas dan kelompok rentan lainnya.
Tidak tersedia versi lain