Tesis
Analisis Implementasi Kebijakan Pola Asuh Gizi Bagi Balita Di Kota Tangerang
Analisis Implementasi Kebijakan Pola Asuh Gizi Bagi Balita di Kota Tangerang merupakan solusi menurunkan prevalensi gizi buruk sebagai akibat kesulitan orang tua memberikan pola asuh gizi bagi anaknya. Padahal pemerintah Kota telah mencanangkan bahwa tahun 2013 target menurunkan angka gizi buruk sampai nol persen. Sehingga kebijkan pola asuh gizi bagi balita menjadi tumpuan untuk menuntaskan permasalahan tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi kebijakan pola asuh gizi yang dirumuskan pemerintah di tinjau dari empat aspek implemantasi kebijakan yakni faktor komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus (Case Study), desain penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, sedangkan kondisi nyata di lapangan diangkat berdasarkan hasil studi kasus-kualitatif dan teknik penyajiannya digunakan studi deskriptif-analitik. Instrumen
penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara dan telaah data. Hasil penelitian dan temuan adalah sebagai berikut : Implementasi kebijakan pola asuh gizi bagi balita dilihat dari : 1) Faktor-faktor komunikasi, adalah: a) Penyampaian program gizi bagi balita ini sudah disosialisasikan sampai ke tingkat puskesmas dan posyandu; b) Program gizi cukup jelas untuk dilaksanakan di puskesmas maupun di posyandu dan c) kebijakan program gizi ini disampaikan ke pelaksana program di tingkat puskesmas dan posyandu cukup baik, karena muatan programnya tidak simpang siur; 2) Faktor sumber daya: a) Jumlah tenaga yang berlatar belakang pendidikan gizi perlu ditambahkan karena luas cakupan balita cukup besar ; b) Pelatihan atau bintek sangat dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusianya: c) Sarana dan prasarana perlu ditambahkan, sebagian besar posyandu kekurangan akan sarana prasarana itu ; d) Penyampaian program sudah di buat petunjuk atau aturan yang jelas; dan e) Adanya kewenangan dari pembuat kebijakan. 3) Faktor sikap (disposisi): a) respon masyarakat positif begitu juga komitmen para pengelola program pola asuh gizi; b) Penempatan staf yang memiliki tanggungjawab terhadap kebijakan; c) Perlu ditingkatkanya insentif bagi pelaksana program di posyandu; dan 4) Faktor Struktur Birokrasi,:a) Adanya pembagian wewenang pelaksana program mulaia dari tingkat dinas kesehatan, puskesmas dan sampai posyandu; dan b) Perlu dibuatkan SOP dalam pelaksanaan program pola asuh gizi di Kota Tangerang.
Manfaat kebijakan pola asuh gizi bagi masyarakat adalah: 1) Membantu orang tua balita memperlakukan anaknya untuk meningkatkan status gizinya; dan 2) Membantu para ibu balita untuk mendapatkan MPT ( makanan pendamping tambahan ).
Faktor pendorong adalah:1) Kebijakan pemerintah tentang pola asuh gizi bagi balita direspon positif; 2) Masyarakat termotivasi untuk mendatangi posyandu.
Sedangkan Penghambat dalam implementasi pola asuh gizi bagi balita antara lain : 1) Dana tidak diberikan baik dari pusat maupun propinsi; (2) Makanan pendamping tambahan tidak tiap tahun diberikan oleh pemerintah pusat; dan 3) Pembuatan laporan yang berbeda-beda dari masing-masing puskesmas.
Tidak tersedia versi lain