Skripsi
Implementasi Kebijakan Indonesian Case Base Groups (INA-CBG) Di Rumah Sakit Kanker Dharmais
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan No 76 Tahun 2016 disebutkan dasar pengelompokan dalam INA-CBGs menggunakan sistem kodefikasi dari diagnosis akhir dan tindakan/prosedur yang menjadi output pelayanan, berbasis pada data costing dan coding penyakit mengacu International Classification of Diseases (ICD) yang disusun WHO dengan acuan ICD-10 untuk diagnosis dan ICD-9 Clinical Modifications untuk tindakan/prosedur. Sistem INA-CBGs merupakan sistem pembiayaan prospektif dan tujuan yang ingin dicapai dari penerapan sistem ini yaitu pelayanan kesehatan yang berkualitas dan cost effective. Dalam pembayaran menggunakan sistem INA-CBGs, berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 76 Tahun 2016 baik rumah sakit maupun pihak pembayar tidak lagi merinci tagihan berdasarkan rincian pelayanan yang diberikan, melainkan hanya dengan menyampaikan diagnosis keluar pasien dan kode DRG (Diagnostic Related Group). Besarnya penggantian biaya untuk diagnosis tersebut telah disepakati bersama antara provider/asuransi atau ditetapkan oleh pemerintah sebelumnya. Perkiraan waktu lama perawatan (length of stay) yang akan dijalani oleh pasien juga sudah diperkirakan sebelumnya disesuikan dengan jenis diagnosis maupun kasus penyakitnya. Dalam pelaksanaan sistem INA-CBGs di Rumah Sakit Kanker Dharmais peran petugas kodefikasi sangat menentukan, dimana software yang digunakan untuk menentukan tarif adalah dengan pedoman ICD 10 untuk menentukan diagnosis dan ICD 9 CM untuk tindakan atau prosedur. Besar kecilnya tarif yang muncul dalam software INA-CBGs ditentukan oleh diagnosa dan prosedur. Kesalahan penulisan diagnosa akan mempengaruhi tarif karena tarif bisa menjadi lebih besar dan lebih kecil, sehingga harus tepat dalam menentukan diagnosis utama dan diagnosis penunjang agar proses pembayaran berkas klaim oleh BPJS sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati untuk Rumah Sakit Khusus. vii Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui implementasi Kebijakan Indonesian Case Base Groups (INA-CBG) di Rumah Sakit Kanker Dharmais. Penelitian dilakukan menggunakan pendekatan model implementasi kebijakan Van Meter dan Van Horn, dimana variabel yang mempengaruhi implementasi dan kinerja kebijakan, terdiri dari: 1) ukuran dasar dan tujuan kebijakan, 2) sumber daya, 3) komunikasi, 4) karakteristik badan pelaksana 5) kondisi ekonomi, sosial, dan politik, 6) kecenderungan pelaksana. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriftif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menggabungkan teknik wawancara dan telaah dokumen. Hasil penelitian menunjukan implementasi Kebijakan Indonesian Case Base Groups (INA-CBG) di Rumah Sakit Kanker Dharmais: 1. Dari aspek ukuran dasar dan tujuan kebijakan, pada dasarnya sudah dilaksanakan dengan baik akan tetapi penerapan dilapangan berbeda interpretasinya. 2. Dari aspek sumber daya kebijakan sudah berjalan cukup baik. 3. Dari aspek komunikasi sudah berjalan dengan baik. 4. Dari aspek karakteristik badan pelaksana sudah berjalan dengan baik. 5. Dari aspek kondisi ekonomi, sosial, dan politik dinilai kurang berjalan baik khususnya dalam kondisi ekonomi. 6. Dari aspek kecenderungan pelaksana sudah berjalan cukup baik. Adapun saran yang ingin peneliti sampaikan 1. Mengadakan rapat rutin bulanan untuk mencari kesepakatan antara pihak Rumah Sakit Kanker Dharmais dengan BPJS, dalam hal tatalaksana penetapan diagnosa penyakit non kekhususan kanker pada penyakit khusus kanker merujuk pada tarif klaim Rumah Sakit Kanker Dharmais. 2. Menghimbau kepada pihak BPJS, dengan tidak menerapkan proses pemberkasan klaim Rumah Sakit Umum terhadap pemberkasan klaim Rumah Sakit Khusus. 3. Mengadakan pelatihan dan seminar tentang proses pemberkasan klaim kepada verifikator Rumah Sakit Kanker Dharmais, untuk menambah pengetahuan dan pemahaman terkait Pedoman Indonesian Case Base Groups (INA-CBGs).
Tidak tersedia versi lain