Skripsi
Uji Beda Motivasi Pegawai Generasi X Dan Generasi Y Pada Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Pengembangan Sumber Daya Manusia Di Kementerian Keuangan Tahun 2016
Saat ini, pegawai yang ada pada suatu institusi terdiri atas beberapa generasi dengan karakteristik yang berbeda dan harus bekerja secara berdampingan. Pegawai generasi X dan Y menjadi bagian besar dari sebuah struktur organisasi. Terlebih, generasi Y yang mulai mendominasi. Karakteristik yang berbeda tersebut dapat menumbuhkan potensi masalah yang berkaitan dengan motivasi. Hal ini erat kaitannya dengan kinerja pegawai dalam mencapai tujuan organisisasi. Manajer sektor publik maupun swasta perlu mengetahui apakah terdapat perbedaan motivasi yang dimiliki oleh pegawainya, sehingga pengelolaan sumber daya manusia dapat berjalan dengan efektif.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara motivasi yang dimiliki oleh pegawai generasi X dan pegawai generasi Y pada Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan Sumber Daya Manusia di Kementerian Keuangan Tahun 2016 jika dilihat dari tujuh aspek motivasi berdasarkan Aspiration Index (AI). AI mengidentifikasi motivasi manusia menjadi motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik meliputi aspek self acceptance, affiliation, community feeling, dan physical fitness. Motivasi ekstrinsik meliputi financial success, attractive appearance, dan social recognition.
Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dengan metode survei. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara motivasi pegawai generasi X dan generasi Y yang ada pada Pusdiklat Pengembangan SDM di Kementerian Keuangan Tahun 2016.
Selain itu, struktur motivasi yang dimiliki oleh dua generasi tersebut juga berbeda. Urutan struktur motivasi mulai dari yang tertinggi hingga terendah yang dimiliki pegawai generasi X adalah sebagai berikut: self acceptance (3,58), physical fitness (3,56), affiliation (3,48), community feeling (3,44), social recognition (2,78), financial success (2,70), dan attractive appearance (2,55). Sedangkan pegawai generasi Y: community feeling (3,72), affiliation (3,69), physical fitness (3,68), self acceptance (3,61), social recognition (3,19), attractive appearance (3,14), dan financial success (3,02.)
Perbedaan tersebut hendakya diketahui oleh manajer sehingga mempermudah pengelolaan SDM. Untuk itu, penulis menyarankan agar pengelolaan SDM yang ada dapat mengakomodir motivasi kedua generasi tersebut dan disesuaikan dengan kondisi struktur motivasi yang dimiliki tiap generasi. Dengan demikian, aset berharga yang dimiliki oleh organisasi, yaitu pegawai yang termotivasi, dapat dengan optimal memberikan kinerja terbaiknya untuk organisasi.
Tidak tersedia versi lain