Tesis
Pengaruh Pendapatan Permanen Dan Pendapatan Relatif Terhadap Pola Konsumsi Rumah Tangga Pegawai Negeri Sipil Lembaga Administrasi Negara Jakarta
Pola konsumsi rumah tangga merupakan salah satu indikator dalam menentukan tingkat kesejahteraan. Besar atau kecilnya pengeluaran dalam pola konsumsi dapat mencerminkan dalam pendapatan orang tersebut. Semakin besar prosentse pendapatan untuk pemenuhan kebutuhan dasar maka rumah tangga tesebut kurang sejahtera dan sebaliknya. Pemerintah telah berupaya meningkatkan kesejahteraan PNS seperti tertuang UU Nomor 43 tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian pasal 7 ayat 3. Hal tersebut dilakukan dengan meningkatkan gaji yang menjadi pendapatan tetap setiap bulan (Permanent Income) dari tahun ke tahun, bila dihitung selama 6 tahun terakhir pemerintah telah meningkatkan gaji rata-rata diatas 60 persen. Selain itu juga, pegawai diberikan tunjangan, honorarium yang menjadi pendapatan tidak tetap (Relative Income). Namun demikian, semua pendapatan tesebut belum dirasakan dalam mendukung pemenuhan kebutuhan primer PNS, walaupun dalam kategori sederhana. Hal ini dapat dilihat dari beberapa permasalahan yang dihadapi PNS, antara lain pemenuhan kepemilikan tempat tinggal. Hal tersebut tentunya sangat menarik untuk dilakukan penelitian, di mana satu sisi pemerintah telah berupaya meningkatkan pendapatan PNS, namun sisi lain PNS, termasuk di Lembaga Administrasi Negara, masih belum mampu memenuhi kebutuhannya. Dengan mendasarkan pada permasalahan tesebut yang menjadi pokok permasalahan, yakni: Apakah terdapat pengaruh Pendapatan Permanen (Permanent Income) dan Pendapatan Relatif (Relative Income) terhadap Pola Konsumsi Rumah Tangga Pegawai LAN Jakarta ? Tujuan penelitian ini yakni untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Permanen dan Pendapatan Relatif terhadap Pola Konsumsi Rumah Tangga PNS Lembaga Administrasi Negara. Sedangkan hasilnya diharapkan akan bermanfaat bagi dunia praktis maupun dunia akademis. Teori yang menjadi landasan analisis dan berpikir dalam penelitian ini menggunakan diantaranya teori Hubungan Pendapatan dan Pola Konsumsi, teori Hubungan Pendapatan Permanen dan Pola Konsumsi serta teori Hubungan Pendapatan Relatif dan Pola Konsumsi. Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan yakni metode penelitian deskriptif. Populasi dalam penelitian ini yakni seluruh PNS Lembaga Administrasi Negara Jakarta dengan jumlah 485 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan Proportionate Stratified Random Sampling dan sampel yang diambil sejumlah 280 pegawai. Selanjutnya teknik pengumpulan data menggunakan angket dan wawancara. Namun, setelah dilakukan penyebaran questioner jumlah questioner yang terkumpul sejumlah 93 buah. Berdasarkan hasil penelitian maka tiga hipotesis penelitian dapat diterima. Hal ini ditunjukan dengan adanya korelasi positif antara pola konsumsi dengan pendapatan permanen, korelasi positif antara pola konsumsi dengan pendapatan relative dan korelasi positif antara pola konsumsi dengan pendapatan permanen dan pendapatan relatif. Sehingga dengan demikian dapat diartikan jika pendapatan permanen ditingkatkan maka akan meningkatkan pola konsumsi dan bila pendapatan relatif ditingkatkan maka akan meningkatkan pola konsumsi serta jika pendapatan permanen dan pendatan relatif ditingkatkan, maka akan meningkatkan pola konsumsi. Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian pendapatan relatif memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan pendpatan permanen. Dimana, pengaruh pendapatan permanen sebesar 36,5% dan pengaruh pendapatan relatif sebesar 78,5% terhadap pola konsumsi PNS di LAN Jakarta. Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh secara statistik dijelaskan lebih lanjut dibawah ini. Analisis pendapatan permanen terhadap pola konsumsi dihasilkan Koefisien korelasi (ryx1) = 0,365 dan koefisien determinasi (Kd) = 13,3 persen. Hasil uji t searah dan α = 0,05 diperoleh t hitung = 3,737 dengan tingkat signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05. Selanjuntya Persamaan regresi sederhana menunjukan Y = 30,912 + 0,676X1 dan hasil uji F (Anova) searah dan α = 0,05 diperoleh F hitung = 13,968 lebih besar dari F tabel dengan tingkat signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05. maka keputusannya adalah tolak H0 terima Ha, dan kesimpulannya terdapat pengaruh yang nyata variabel pendapatan permanen terhadap pola konsumsi. Analisis pendapatan relatif terhadap pola konsumsi dihasilkan Koefisien korelasi (ryx2) = 0,785 dan koefisien determinasi (Kd) = 61,6 persen. Hasil uji t searah dan α = 0,05 diperoleh t hitung = 12,089 dengan tingkat signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05. Selanjuntya Persamaan regresi sederhana menunjukan Y = 8,797 + 1,492X2 dan hasil uji F (Anova) searah dan α = 0,05 diperoleh F hitung = 146,148 dengan tingkat signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05. maka keputusannya adalah tolak H0 terima Ha, dan kesimpulannya terdapat pengaruh yang nyata variabel pendapatan relatif terhadap pola konsumsi. Analisis pendapatan permanen dan pendapatan relatif secara bersama-sama terhadap pola konsumsi dihasilkan Rata-rata skor pola konsumsi adalah 58,02 dengan standar deviasi sebesar 11,267. Rata-rata skor pendapatan permanen adalah 40,10 dengan standar deviasi sebesar 6,079. Rata-rata skor pendapatan relatif adalah 32,99 dengan standar deviasi sebesar 5,928. Koefisien korelasi antara pendapatan permanen dengan pola konsumsi (ryx1) = 0,365 dan koefisien korelasi antara pendapatan relatif dengan pola konsumsi (ryx2) = 0,785. Korelasi antara variabel pendapatan permanen dengan pendapatan reletif sebesar 0,473 dengan tingkat signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05. Tingkat signifikansi koefisien korelasi dua sisi (2-tailed) variabel pendapatan permanen maupun pendapatan relatif terhadap pola konsumsi menghasilkan angka probabilitas 0,000 lebih kecil dari 0,05. Koefisien korelasi berganda (Ryx1,x2) = 0,785 dan koefisien determinasi (R square) = 0,616 atau 61,6%, berarti pengaruh variabel pendapatan permanen dan pendapatan relatif terhadap pola konsumsi sebesar 61,6%. Standar error of estimate sebesar 7,056 lebih kecil dari standar deviasi pola konsumsi sebesar 11,267. Hasil uji F (Anova) searah dan α = 0,05 diperoleh F hitung = 72,286 dengan tingkat signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05. Persamaan regresi berganda diperoleh:Y =9,158 - 0,015X1+ 1,499X2. Konstanta (a) sebesar 9,158 menunjukkan bahwa jika tidak ada variabel pendapatan permanen dan pendapatan relatif, maka pola konsumsi sebesar 9,158. Koefisien regresi pendapatan permanen (b1) sebesar -0,015 menunjukkan bahwa setiap penambahan (karena b1 negatif) satu satuan pendapatan permanen akan menurunkan pola konsumsi sebesar 0,015. Koefisien regresi pendapatan relatif (b2) sebesar 1,499 menunjukkan bahwa setiap penambahan (karena b2 positif) satu satuan pendapatan relatif akan meningkatkan pola konsumsi sebesar 1,499. Hasil uji t searah dan α = 0,05 diperoleh Konstanta (a) = 9,158 diperoleh t hitung = 1,723 lebih besar dari t tabel = 1,658 dengan tingkat signifikansi 0,038 lebih kecil dari 0,05. Koefisien regresi pendapatan permanen (b1) diperoleh t hitung= 2,109 lebih besar dari t tabel = 1,658 dengan tingkat signifikansi 0,014 lebih kecil dari 0,05. Koefisien regresi pendapatan relatif (b2) diperoleh t hitung = 10,647 lebih besar dari t tabel = 1,658 dengan tingkat signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka keputusannya adalah tolak H0 terima Ha, dan kesimpulannya terdapat pengaruh yang nyata variabel pendapatan dan variabel relatif terhadap pola konsumsi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendapatan permanen berpengaruh terhadap pola konsumsi PNS di LAN Jakarta dan pendapatan relative berpengaruh terhadap pola konsumsi PNS di LAN Jakarta serta pendapatan permanen dan pendapatan relatif secara bersama-sama berpengaruh terhadap pola konsumsi PNS di LAN Jakarta.
Tidak tersedia versi lain