Skripsi
Pengendalian Persediaan Suku Cadang (Spare Parts) Kapal Pada PT. PELNI (Persero)
Penerapan pengendalian persediaan spare parts yang memadai dapat
memperlancar dan memudahkan setiap tindakan terhadap segala kegiatan
perusahaan seperti halnya perawatan-perawatan mesin dapat dilakukan
secara berkesinambungan, baik perawatan preventif maupun korektif. Oleh
sebab itu investasi untuk persediaan suku cadang/spere parts alat produksi
sangat diperlukan. Perusahaan transportasi laut wajib hukumnya melakukan
pengelolaan persediaan suku cadang atau spere parts karena pengelolaan
persediaan (inventory management) merupakan salah satu kegiatan
perusahaan yang sangat penting.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengendalian persediaan
spare parts kapal pada PT. Pelni (Persero).
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif
kualitatif. Ada empat Aspek yang diteliti yaitu organisasi, sistem wewenang
dan pencatatan, praktek yang sehat dan kualitas karyawan. Hasil penelitian
ini adalah telah diterapkannya pengendalian persediaan yang cukup baik oleh
PT. Pelni (Persero), namun masih ada beberapa catatan yaitu:
1. Belum adanya organisasi parts inventory secara khusus.
2. Penggunaan software dan hardware dalam manajemen inventory masih
minim.
3. Penataan gudang/tempat penyimpanan spare parts yang belum
memenuhi standar.
4. Belum diterapkannya KPI (Key Performance Indikator) secara merata dan
konsisten.
Untuk itu penulis menyarankan untuk dilakukannya
pembenahan/upgrade pada aspek brainware (pengguna/manusianya),
hardware (perangkat keras) dan software (perangkat lunak) guna menunjang
terlaksananya pengendalian persediaan yang efektif dan efisien, secara
spesifik sebagai berikut:
1. Manajemen dapat membentuk organisasi parts inventory yang khusus
menangani persediaan spare parts. Bagian atau organisasi parts
inventory ini dapat menjadi koordinator dan pengawas terhadap
persediaan spare parts.
2. Manajemen dapat mengembangkan suatu hardware dan software,
sehingga proses administrasi persediaan dapat dilakukan dengan baik
dari hulu hingga hilir dan data yang diperoleh pun lebih terstruktur
sehingga jelas wewenang ataupun otorisasinya, selain itu kesalahan
pencatatan pelaporan dapat lebih diminimalisir.
3. Manajemen dapat menerapkan sistem warehause management atau
manajemen gudang, sistem ini dapat mendukung terciptanya manajemen
gudang yang baik dari proses administrasi gudang, tata letak persediaan
hingga sistem pendataanya.
4. Manajemen dapat dapat menerapkan KPI (key performance indikator)
hingga tingkatan staf, sehingga jelas penilaian kinerja staf yang
mendukung tercapainya target divisi. Dari KPI tersebut dapat dicapai
inventory manajemen yang baik.
Tidak tersedia versi lain