Tesis
Efektifitas Penyelenggaraan Indonesia Performing Arts Market Tahun 2013 Pada Direktorat Pengembangan Seni Pertunjukan Dan Industri Musik Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni Dan Budaya Kementerian Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif
Berkembangnya ekonomi kreatif di Indonesia sejak tahun 2005, mendorong pemerintah untuk membentuk Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf)pada tahun 2012 yang bertanggungjawab untuk menggerakkan Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif. Salah satu program fasilitasi SDM industri kreatif subsektor seni pertunjukan dan musik adalah penyelenggaraan Indonesia Performing Arts Market (IPAM) 2013. Kegiatan IPAM 2013 yang dilaksanakan oleh Direktorat Seni Pertunjukan dan Industri Musik berupa pertunjukan kesenian oleh seniman-seniman Indonesia, dengan mengundang buyers dari pusat-pusat kesenian dan direktur-direktur festival dunia dengan tujuan untuk menampilkan karya-karya seni tersebut di pentas internasional. Melalui penelitian ini, penulis mengharapkan memahami penyelenggaraan IPAM 2013, mengingat kegiatan IPAM yang diselenggarakan selama ini belum ada evaluasi lebih mendalam terkait efektifitasnya. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan studi kasus dengan metode kualitatif (qualitative research). Penelitian ini juga menggunakan teknik participatory. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui partisipasi pada obyek penelitian, observasi langsung, wawancara mendalam, dan analisis dokumen. Partisipasi pada obyek penelitian, mengingat penulis juga merupakan salah satu staf pada Direktorat Seni Pertunjukan dan Industri Musik yang bertanggungjawab pada penyelenggaraan IPAM 2013. Sedangkan wawancara dilakukan dengan kurator, seniman, Direktur SPIM yang terlibat langsung dalam penyelenggaraan IPAM 2013. Analisis data dilakukan dengan cara triangulasi data hasil wawancara hasil observasi, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1)Penyelenggaraan IPAM 2013 ditinjau dari aspek sumber (SDM) sebagai aktor utama yaitu para intelektual (kurator dan seniman), bisnis (buyers/direktur festival), dan pemerintah serta ditambah dengan hadirnya komunitas (pelaku kreatif seni pertunjukan dan musik) cukup efektif. Model sinergitas kerja dalam IPAM 2013 mengembangkan triple helix (akademisi-bisnis-government/pemerintah) menjadi konsep quadran helix (akademisi-bisnis-government/pemerintah + komunitas). 2)Penyelenggaraan IPAM 2013 ditinjau dari aspek pelaksanaan (proses) menunjukkan efektif, karena berangkat dari idealisme yang tinggi yaitu untuk meningkatkan seni tradisional Indonesia menjadi berkelas internasional. Selain merupakan ajang pemasaran karya seni pertunjukan, juga merupakan ajang untuk meningkatkan networking antar seniman dan antara seniman dengan buyers. 3)Penyelenggaraan IPAM 2013 ditinjau dari aspek sasaran (output) dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sasaran/tujuan telah tercapai. Indikator untuk mengukur efektifitas pencapaian sasaran (output) serta manfaat penyelengaraan IPAM 2013 dilakukan dengan pendekatan sasaran (goals approach) yaitu kehadiran pembeli (buyer) baik dari dalam maupun luar negeri dan terpilihnya grup-grup diikutkan dalam festival telah tercapai. Sedangkan indikator terpilihnya grup-grup kesenian Indonesia untuk tampil pada festival pasca IPAM 2013 yaitu UK National Tour 2015. Penulis merekomendasikan perlunya perancangan program persiapan dan sosialisasi petunjuk pelaksanaan teknis penyelenggaraan IPAM kepada komunitas seni, perguruan tinggi seni dan daerah-daerah di Indonesia untuk menjaring peserta penyaji IPAM dan perlu adanya penetapan cara pelaksanaan seleksi karya menjadi sistem kuratorial. Perlu penanganan khusus oleh profesional/konsultan bagaimana publikasi dan promosi karyanya kepada buyers serta kemampuan bernegosiasi.
Tidak tersedia versi lain